Nilai A, B, C, D, anda mau pilih yang mana? tapi apakah hanya sebatas itu yang akan kita capai? aneh plus heran. Mengapa di dunia ini tidak pernah terlepas dari penilaian, bahkan ada yang terkesan memaksakan dan keluar dari jalur kenaturalannya ketika tahu akan di nilai. Lantas, ketika terbukti mendapat nilai bagus, apa yang akan kita dapatkan ? Pujiankah? Nama baik? Terkenal sebagai anak pintar?
Hmmmm, pintar. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata pintar? Mungkin pintar adalah status bagi mereka yang keseluruhan nilai akademiknya "A". Jika memang begitu, apakah anda setuju dengan paradigma tersebut? Saya 0,5 % setuju. Kenapa? Baiklah, saya pernah membaca artikel yang menyebutkan bahwa Pendidikan Indonesia hanya menyentuh aspek kognitif saja dan banyak melupakn aspek penting lainnya seperti moral dan affektif ( Fatubun, Andreas : 2010, CampusAsia) . Inilah fakta yang harus dihadapkan kepada kita dan menuntut untuk diselesaikan dan diatasi sesegera mungkin. Karena apa, jika hanya beorientasi pada nilai bisa dikatakan hanaya 15% dari setiap pembelajaran yang akan dapat diintegrasikan dalam kehidupan nyata. Padahal, kita belajar agar dapat menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang ada dalam kehidupan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar